M4ti itu
p4sti. Menu4 itu p4sti. Tapi untuk m4ti tak ada sy4rat harus menj4di tua
terlebih dahulu.
Ada yang masih bayi mati. Ada yang masih muda, habis olahraga
mati. Dan yang pasti setiap orang yang mati pasti meninggalkan jejak, karena
telah pernah hidup di bumi Allah SWT.
Jadi, meski
ia telah w4fat, amal perbuatan yang ia lakukan akan tet4p mengalir.
Selagi di
dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk melakukan amal
kebajikan. Dengan begitu, perbuatan tersebut bisa saja menjadi amal baik
untuknya meski ia tidak di dunia. Sebab, jika kita mampu berbuat baik dan
mengajak orang lain pada kebaikan, tentu pahalanya akan terus mengalir.
Seperti
halnya perbuatan baik, perbuatan buruk yang dilakukan selama hidup di dunia pun
bisa saja memberikan efek pada kita di akhirat kelak. Meski tak lagi melakukan
perbuatan dosa itu dikarenakan kita telah meninggalkan dunia, tapi dosa itu
akan tetap mengalir. Mengapa? Sebab, kita menanggung dosa orang lain. Kok bisa?
Dosa apakah itu?
Dikutip
dalam infoyunik.com, bahwa ada dua jenis dosa yang ganjarannya akan terus
mengalir pada orang yang telah meninggal, disebabkan perbuatannya di dunia.
1. Menjadi
Pelopor Maksiat Seorang
pelopor berarti ia adalah orang yang pertama kali melakukannya. Seseorang yang
menjadi pelopor kemaksiatan, maka ketika orang lain mengikuti jejaknya itu,
meski ia telah meninggal, dosanya akan terus mengalir. Tetapi, orang yang
melakukan perbuatannya itu tidak akan dikurangi sedikit pun dosanya.
Apalagi sampai mengajak orang lain untuk berbuat maksiat. Sungguh, jika kita melakukan itu, kita akan merugi di akhirat kelak. Mengapa? Karena kita menanggung beban dosa, padahal kita tidak melakukannya, melainkan dari para pembuatan dosa yang mengikuti jejak kita.
Dalam hadis
dari Jarir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ
bersabda, “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka
dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan
keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka,” (HR.
Muslim).
Orang yang
berperan sebagai pelopor ini tidak mengajak apalagi memotivasi orang lain untuk
melakukan perbuatan maksiat. Tetapi, apa yang dilakukannya itu membuat orang
lain menjadi terinspirasi melakukan hal yang sama. Itulah sebabnya, ia akan
menanggung dosa-dosa mereka yang terinspirasi untuk berbuat maksiat sama
seperti yang ia lakukan.
2. Mengajak
Orang Lain pada Kesesatan dan Perbuatan Maksiat
Lain halnya
dengan pelopor, kategori kedua ini secara terang-terangan mengajak orang lain
untuk melakukan perbuatan maksiat. Bahkan, ia memberikan jalan kesesatan. Di
mana orang lain tidak menyadari bahwa apa yang ia arahkan merupakan hal yang
merugikan. Maka, ketika ada orang lain yang tertarik mengikuti jejaknya, ia
akan menganggung dosanya hingga akhirat kelak.
Dalam hadis
dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang mengajak
kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya,
tidak dikurangi sedikitpun,” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya). Kedua hal
itu begitu membahayakan bagi kita. Maka, lebih berhati-hatilah dalam bertindak.
Jangan biarkan diri kita melakukan perbuatan maksiat baru, artinya mempelopori
perbuatan maksiat.
Apalagi sampai mengajak orang lain untuk berbuat maksiat. Sungguh, jika kita melakukan itu, kita akan merugi di akhirat kelak. Mengapa? Karena kita menanggung beban dosa, padahal kita tidak melakukannya, melainkan dari para pembuatan dosa yang mengikuti jejak kita.
0 komentar:
Posting Komentar